Dipublikasi oleh Kurniawan Widodo | Tanggal 11 Agustus, 2025 | Jam 10:41 am | Kategori Artikel | Jumlah Pembaca : 1059 Pembaca
Bermegah-megahan dengan Dunia Membuat Orang Lupa Akhirat
oleh :
Dr. Amir Khalis
(Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh)
Surah at-Takatsur dalam Al-Quran menyoroti sufat manusia yang gemar bermegah-megahan, atau at-takatsur, yaitu kesibukan dengan kemewan dunia, kebanggan terhadap harta, anak, kedudukan, status sosial, yang akhirnya melalaikan manusia dari tujuan hidup yang hakiki: manggapai kehidupan akhirat.
Makna at-Takatsur ini ditegaskan dalam ayat pertama surah tersebut:
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.”
Ayat ini turun di Mekkah (makkiyah), saat Nabi SAW masih berada di sana. Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, ayat ini turun sebagai teguran atas perilaku dua kabilah dari kaum Anshar, yaitu Bani Haritsah dan Bani Haarits. Mereka saling membanggakan kehebatan pemuka-pemuka mereka, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat. Ketika salah satu kelompok menunjukkan kebanggan mereka, kelompok lainnya membawa mereka ke kuburan dan menunjukkan bahwa bahkan para tokoh besar pun akhirnya mati. Lalu Allah SWT menuruknkan ayat ini sebagai peringatan bahwa kebanggaan duniawi melalaikan manusia dari akhirat.
Kecenderungan untuk berbangga-bangga ini ternyata tiak hanya terbatas pada harta dan anak, melainkan juga menjalar pada kebanggan terhadap kelompok dan fanatisme sosial. Qatadah, dalam tafsir Ibnu Katsir, menjelaskan bahwa manusia kerap kali mengatakan bahwa kelompoknya lebih unggul dari kelompok lain. Fanatisme ini membuat mereka terjerumus dalam saling menjatuhkan dan merasa lebih baik dari yang lain, dan sikap ini akan terus berlanjut selama mereka masih hidup, hingga masuk ke liang kubur.
Kebanggan terhadap kelompok ini juga sering ditemukan dalam dinamika partai politik, organisasi masyarakat, bahkan organisasi keagamaan. Masing-masing merasa kelompoknya masih besar, lebih diperhitungkan, dan lebih mulia daripada yang lain. Akibatnya, perpecahan, persaingan tidak sehat, dan saling melemahkan pun terjadi. Allah SWT memperingatkan hal ini dalam at-Takatsur ayat 3 dan 4:
“Jangan begitu, kelak kamu akan mengetahui. Sekali lagi, jangan begitu, kelak kamu akan mengetahui.”
Ini ada ah teguran keras agar manusia tidak terbuai oleh kenikmatan dunia yang fana dan melupakan kehidupan akhirat.
Allah SWT kemudian mengingatkan manusia tentang kepastian hari kiamat. Dalam ayat 6-8 disebutkan bahwa jika manusia benar-benar meyakini kehidupan akhirat berdasarkan ilmu pengetahuan dan iman yang kuat, niscaya mereka akan menyaksikan neraka Jahim dengan mata kepala sendiri, dan akan ditanya tentang nikmat-nikmat dunia yang pernah mereka nikmati. Peringatan ini mengajak manusia untuk menerenung: kenapa nikmat-nikmat dunia malah membuat mereka lalai dari ibadan dan amal shaleh?
At-Takatsur juga menjadi sebab timbulnya penyakit hati seperti dengki. Dalam Mufsidaatul Qulub, Syaikh Shalih al-Munajjid menjelaskan bahwa keinginan untuk membanggakan harta, anak, dan kedudukan dapat mendorong seseorang untuk iri dan dengki. Hasrat ingin unggul sering membuat seseorang rela menjatuhkan orang lain demi tampak lebih hebat. Akibatnya, ia bisa berbuat zhalim, memfitnah, bahkan menyebarkan keburukan demi mengalahkan lawannya. Dengan demikian, surat at-Takatsur mengandung pelajaran tentang bahayanya cinta dunia, fanatisme kelompok, dan sifat membanggakan diri. Allah SWT memperingatkan manusia agar tidak terjerumus dalam perlombaan duniawi yang menipu. Sebab semua itu akan berakhir di liang kubur. Hanya amal saleh yang akan menemani manusia setelah kematian. Oleh karena itu, manusia harus lebih banyak mengingat kematian dan akhirat, serta menjadikan dunia sebagai sarana menuju akhirat, bukan tujuan utama.


